RANTEPAO, TORAJA UTARA, oketoraja.com- Gelaran Peringatan 110 Tahun Injil Masuk Toraja (IMT) yang berlangsung selama beberapa hari di kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara telah usai digelar
Meskipun terbilang sukses, namun peringatan 110 Tahun IMT menuai kritikan masyarakat. Salah satunya, Venty Bitticaca yang menilai Peringatan 110 Tahun IMT kontradiktif dengan kondisi kuburan para martir yg menghadirkan Injil mula-mula di Toraja yang terkesan tidak terurus.
Venty menceritakan, pada tanggal 18 Maret 2023, setelah acara Perayaan Puncak Peringatan 110 IMT yang dipusatkan di halaman kantor Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja di Rantepao, dirinya menyempatkan diri berziarah di Kompleks Pemakaman Antonie Aris van de Loosdrecht dan para Zendeling, di Karassik Rantepao.
"Ini pertama kalinya saya mengunjungi Kompleks Pemakaman Antonie Aris van de Loosdrecht dan para Zendeling, di Karassik, Rantepao," ujar Venty.
Saat tiba di kompleks pemakaman, lanjut Venty, dirinya dengan mudah memasuki kompleks pemakaman karena pintu pagar tidak terkunci.
Tetapi begitu menginjakkan kaki di kompleks ini, hatinya sangat tercekat dan tanpa terasa Venty meneteskan air mata.
Bagaimana tidak, kondisi kuburan para martir yg menghadirkan Injil mula-mula di Toraja ini ini berada dalam kondisi yang tidak terurus. Sekitar makam dipenuhi tanaman makanan ternak, batu kerikil yg terhampar disekitar dipenuhi kotoran binatang.
Pemandangan ini sangat kontradiksi dengan hiruk pikuk perayaan IMT ke 110, yang berlangsung hanya beberapa ratus meter dari kompleks makam.
"Sebuah ironi? I am speechless," tutupnya. (Onix)